Pada 12 September 2017 dari jam 8 pagi sampe 15.30 sore, 60 peserta dengan tekun mengikuti rekoleksi kategorial meditasi Lumen Christi bertema "Manusia Baru" dengan pembicara Ibu Veronica Sriyani di aula Mazzarello.
Rekoleksi diawali dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Romo Ramonchito Padilla SDB. Dalam homilinya "Manusia baru dalam Kristus" (Efesus 4:21-24), beliau menuturkan bahwa menjadi manusia baru adalah proses kerja wilayah batin bukan operasi wilayah fisik. Walaupun nanti setelah seseorang diubahkan menjadi baru dalam wilayah batinnya, bisa akan memunculkan bukti-bukti perubahan penampilan secara fisik. Metodologi menjadikan manusia baru dalam Kristus dimulai dari dalam, bukan dari luar. Ini dimulai dgn mendiagnosa "penyakit" manusia lama dari dalam, dengan kemauan untuk menanggalkan jubah manusia lama (Efesus 4:22). Jubah manusia lama itu yang dulu "dijahit" dengan benang-benang hawa nafsu, dusta, kepahitan, fitnah dll. sehingga bisa dikatakan bahwa manusia lama itu adalah manusia tanpa integritas.
Manusia baru dalam Kristus itu adalah manusia yang telah mengalami pencerahan spiritualitas yang dikerjakan oleh Roh Kudus bukan manusia lama yang masih terikat ritual-ritual agamawi sebagai pusat spiritualitasnya, atau manusia lama yang terikat dengan keinginan-keinginan daging (Galatia 5:19), tapi manusia baru yang telah dan terus belajar mengenal Kristus (Efesus 4:20). Pengenalan akan Kristus itu bukan berbasis kognitif yang semata-mata intelektual tapi pengenalan yang berbasis keintiman (intimacy), kontemplatif dan aplikatif. Pusat spiritualitasnya adalah Kristus sebagai Guru Agung Karakter, Tuhan dan Juruselamat Pribadi.
Dalam rekoleksi ini Ibu Veronica meminta kita membaca Efesus 4:17-32 tentang Manusia baru, mencari kata yang menyentuh dan menegur kita. Kemudian diteruskan dengan sharing kelompok untuk saling menguatkan anggota melalui pengalaman dan persoalan kehidupan kita masing-masing. Dalam sharing disadari campur tangan dan penyertaan Tuhan yang luar biasa. Setiap orang tidak ada yang sempurna, tetapi adalah baik kalau setiap saat kita memperbaiki diri, karena kekudusan kita itu terletak dari usaha kita memperbaiki diri kita sampai akhir hidup kita. Kekudusan kita terletak dari usaha keras kita memerangi diri sendiri, karena musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Diajarkan pula meditasi berbaring untuk menyadari, merefleksikan dan menyembuhkan luka- luka batin kita. Rekoleksi ditutup dengan doa comunio untuk mendoakan wujud doa tertentu serta orang-orang lain yang memerlukan doa.
Teks & foto : Theresia Tamsil