Renungan Harian APP KAJ 2017 - Bukan Meniadakan, Tetapi Melengkapi
Terakhir diperbaharui: 22 March 2017
Rabu, 22 Maret 2017
Hari biasa Pekan III Prapaskah
Ul. 4:1,5-9; Mzm. 147:12-13, 15-6, 19-20;
Mat. 5:17-19
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17)
Kalau kita amati, manusia pada umumnya masih sangat mementingkan hal-hal yang lebih bersifat lahiriah, mudah ditangkap oleh indera (yang tangible), dari pada yang bersifat batiniah (yang intangible). Padahal, sesungguhnya, yang ada di hati, di benak dan pikiran seseoranglah yang lebih penting karena mendasar. Karena itu, besar kemungkinan orang mudah menjadi sosok yang munafik, palsu, penuh kebohongan, pencitraan semata, menipu, berpura-pura, bermuka dua dan kosong batinnya, rendah mutu akhlaknya, meskipun penampilan fisiknya santun, soleh dan ramah.
Ada banyak contoh yang terjadi di sekitar kita. Adalah baik jika orang mementingkan ritual agama, penampilan agamis, baca Kitab Suci, belajar tafsir Kitab Suci, hafal ayat-ayat, ber-rosario novena dan jalan salib, rajin ziarah dan ikut Misa; tetapi jika pada saat yang sama, dia kehilangan perasaan kasih sayang dan kemampuan bela rasa, lalu menjadi kasar, tega dan kejam terhadap sesama dan makhluk ciptaan Allah, Allah pasti tidak berkenan dan orang itu tak pantas mendapat keselamatan yang dari Allah.
Maka, kehadiran Yesus dan ajaran-Nya dalam Injil Matius hari ini, tidak untuk meniadakan hukum, aturan dan kebiasaan baik yang sudah ada, tetapi melengkapinya. Ini perlu supaya manusia tidak jatuh ke yang lahiriah dan kulit luar (superficial) saja, tetapi juga, dan terlebih-lebih, yang dapat menghidupkan cinta kasih. Hendaknya manusia tidak hanya fokus pada perbuatan yang salah, tetapi juga mewaspadai niat yang tidak baik.
Jadi, jangan hanya menghukum orang yang membunuh saja, tetapi hukum pulalah mereka yang memfitnah, mengata-ngatai saudaranya dengan tidak pantas, yang mengkafir-kafirkan orang tanpa dasar, yang membenci dan ingin mencelakakan orang lain dengan penuh niat jahat! Hukum jugalah mereka! Begitu juga, jangan hanya menghukum orang yang (sudah) berzinah, tetapi hukum jugalah mereka yang bernafsu dan mendorong niat untuk berzinah.
Bagi kita yang mau belajar dan bertobat, khususnya dalam relasi kita dengan sesama manusia, hendaklah kita tidak lagi merasa cukup dengan sikap dan perbuatan baik yang tampak luar saja, tetapi juga yang dijiwai dengan hati yang penuh kasih. Karena itulah sesungguhnya cerminan sikap dan perilaku manusia yang adil dan beradab.
Pertanyaan reflektif:
Cukupkah fisik kami hadir duduk bersama dengan anggota keluarga atau umat lingkungan kami, namun perasaan, hati dan pikiran kami masing-masing terpusat pada gawai, tontonan tv, bacaan atau hal lain, sehingga kami tetap terpisah, tak mampu saling memperhatikan dan mengungkapkan kasih satu dengan yang lain? Sadarkah kami: ini bukan sikap yang adil terhadap sesama kami; ini bukan sikap beradab manusia yang bermartabat luhur dan saling mengasihi?
Marilah berdoa:
Yesus, Tuhan dan Guru kami, terima kasih atas firman-Mu hari ini yang menyadarkan kami bahwa hukum, peraturan dan kebiasaan tidak boleh kehilangan Roh Cinta Kasih. Kami sering terlalu cepat menanggapi ajakan untuk berubah dengan sikap menentang, menolak atau membela diri. Curahkanlah rahmat-Mu agar kami mampu bersikap terbuka untuk bertobat sesuai dengan ajaran dan teladan-Mu, yang melengkapi hukum dan aturan yang sudah ada. Karena Engkaulah Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.
(Shienta D. Dewi)
Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?
Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini: