Sabtu, 18 Maret 2017
Hari biasa Pekan II Prapaskah
Mi. 7:14-15, 18-20; Mzm. 103:1-2, 3-4, 9-10, 11-12;
Luk. 15:1-3, 11-32
Kita patut bersukaria dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (Luk. 15:32)
Secara turun temurun, Allah digambarkan sebagai Allah yang kejam, Allah yang senang menghukum apabila manusia bersalah, Allah yang murka apabila manusia berbuat dosa. Gambaran Allah sebagai pemberi ganjaran dan pemberi hukuman jelas terlihat dalam aturan-aturan Taurat yang sangat rinci. Berhadapan dengan aturan tersebut manusia harus tunduk dan taat. Beriman diarti- kan sebagai sekedar menaati peraturan dan menghindari pelanggaran. Peraturan-peraturan itu sebenarnya sangat memberatkan orang-orang miskin, dan orang yang sakit. Setiap pelanggaran, betapa pun kecil, membuahkan ganjaran hukuman berupa silih. Orang miskin sulit untuk menye-diakan silih sebagai tebusan atas kesalahannya. Ketentuan itu juga memberatkan orang sakit. Orang sakit bertambah penderitaannya karena ia dianggap manusia berdosa dan karena sakit ia harus diasingkan dari ma- syarakat. Sebetulnya, nabi Mikha pernah berseru bahwa Allah adalah Maha Pengampun. Allah tidak bertahan
dalam kemurkaan-Nya (Mi. 7:18-19). Namun seruan itu tenggelam dalam kuatnya pandangan mengenai Allah yang keras.
Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah kasih. Ia murah hati. Terhadap orang yang berdosa berat pun Allah membuka tangan untuk menerima kembali. Dalam per- umpamaan tentang anak yang hilang, sang bapa meng- gambarkan Allah sendiri. Si bungsu sudah jauh sekali meninggalkan rumah bapaknya. Si bungsu menggambarkan manusia yang dosanya sungguh sangat berat. Jika Allah bukan Allah yang murah hati, niscaya manusia yang dosa- nya sangat berat tidak akan memiliki pengharapan lagi untuk bertobat.
Dengan perumpamaan Anak yang hilang, Yesus meng- ajak kita untuk meneladan Allah yang murah hati. Yesus mengetuk hati setiap orang untuk memilih jalan yang benar. Yesus mengetuk hati setiap orang untuk berani kembali pulang dalam pertobatan. Yesus mengetuk hati setiap orang untuk bersikap murah hati terhadap sesama. Seperti Allah murah hati, kitapun harus murah hati.
Pertanyaan re ektif:
Sudah bermurahhatikah aku?
Marilah berdoa:
Ya Allah, teguhkanlah niatku agar bisa bermurah hati seperti Engkau murah hati kepadaku. Amin.
(ML Supama)